Mbah Munarah, demikian perempuan tua ini dipanggil. Saat musim tanam padi seperti saat ini, ia ikut bekerja dadak (membersihkan rumput yang ada di antara tanaman padi) di sawah.
Saat Buletin Berbagi bertandang kerumahnya, nampak ia baru saja datang dari sawah. Pakaian yang dikenakannya masih belepoan lumpur. Begitupun kedua kakinya. Ia pun minta waktu sebentar untuk mandi agar lebih nyaman menjamu tamunya.
Di usia yang menginjak 67 tahun, Mbah Munarah adalah sosok istimewa di Desa Pacarpeluk Kec. Megaluh. Meski hidup pas-pasan, sedekahnya tak pernah putus. Rutin setiap hari, Mbah Munarah menyisihkan uangnya minimal seribu rupiah dan dimasukkan Kaleng Koin. Ya, sejak desa ini mendeklarasikan Gerakan Pacarpeluk Bersedekah pada 21 April 2017, beliau sangat antusias untuk minta Kaleng Koin sebagai media untuk nyelengi sedekahnya setiap hari.
“Lha nek mung limangatusan ben dino, kulo ngge mboten kabotan. Kulo ngge pingin nggolek sangu mati. (Jika hanya mengisi Lima Ratus Rupiah sehari, maka saya ya tidak keberatan. Saya ingin mencari bekal mati. )”, kenang Petugas UPZIS PRNU Pacarpeluk, Sri Utami menirukan ucapan perempuan tua itu saat pertama kali minta kaleng sedekah yang dikelolanya. Sejak saat itulah Mbah Munarah rutin tiap hari mengisi kaleng koin sedekah dari sisa uang belanja.
Tiap bulan petugas mengunjungi rumah perempuan yang tidak memiliki anak itu untuk mengambil sedekahnya. Kaleng koin sedekahnya selalu terisi. Meskipun jumlahnya bervariasi tiap pengambilan, namun terus istiqomah mengisinya sesuai dengan kemampuan.

Sebagai donatur (munfiq) Mbah Munarah termasuk salah seorang penerima Kartu Pacarpeluk Sehat (KPS). Kartu itu bisa digunakan berobat rawat jalan di Klinik Pratama Madinah tanpa dikenakan biaya, karena telah ditanggung melalui pengelolaan hasil koin sedekah itu.
Saat ditanya apakah sudah pernah memanfaatkan kartu itu untuk berobat, jawaban Mbah Munarah sangat mengagetkan. “Kulo dereng nate ndamel kartu niku. Alhamdulillah wiwit melu sedekah kulo sehat mboten nate sakit. Rejeki kulo lancar, alhamdulillaah. (Saya belum pernah menggunakan kartu itu. Alhamdulillaah sejak ikut bersedekah saya tetap sehat, belum pernah sakit. Rezeki saya juga lancar.“, jelasnya dengan polos.
Kisah Mbah Munarah ini memberi pelajaran kepada siapa saja bahwa berbagi melalui sedekah adalah kemuliaan. Balasannya adalah urusan Allah swt sendiri kepada hambaNya. Ada berbagai cara unik Allah SWT membalas sedekah hambaNya. Ia memberi nikmat sehat kepada Mbah Munarah, sehingga tak perlu menggunakan KPS yang dimilikinya. Meskipun bekerja serabutan, ia merasakan bahwa rezekinya selalu lancar.
Sedekah memang ungkapan syukur kepada Allah SWT yang penuh keajaiban. Siapa yang mau bersyukur, pasti akan mendapat tambahan nikmat yang lebih. Siapa yang tidak mau bersyukur, maka Allah SWT mengambil nikmat itu dengan berbagai caranya.
Jika Mbah Munarah telah membuktikan keajaiban itu, maka apakah hal ini masih tidak menggerakkan kita untuk bersama-sama ambil bagian sebagaimana yang dilakukan oleh Mbah Munarah itu? Tunggu apa lagi, mari membuktikan sendiri keajaiban itu pada pada kehidupan kita masing-masing, sebelum akhirnya tinggal penyesalan yang tiada bermakna! Nine Adien Maulana