BARENG – Pemantauan lapangan program Zmart Baznas Kabupaten Jombang pada Senin (8/5) berlangsung di enam lokasi diantaranya berada di Kecamatan Diwek, Jogoroto, Mojowarno, Bareng, dan Ngoro. Ternyata hampir keseluruhan mempunyai permasalahan yang hampir sama yakni persoalan pelaporan keuangan serta piutang para pelanggannya yang rata-rata adalah tetangganya sendiri.

Saliknya yang diakui oleh penerima program Zmart Baznas Kabupaten Jombang dari Desa Ceweng, Kecamatan Diwek, Herwati. Bilamana banyak diantara tetangganya yang berhutang dahulu ketika membeli di warung/tokonya.

Herwati di dalam warung/tokonya.

Perempuan paruh baya asal Medan, Sumatera Utara ini menandaskan, “Walaupun warung/toko saya berada di gang buntu dan pembelinya merupakan tetangga itu-itu saja, biarpun mereka berutang masih saya beri. Asalkan untuk membayarnya saya pesan jangan lama-lama karena untuk perputaran modal belanja.”

Meski begitu Herwati masih bersyukur karena masih dapat meraup untung. Diakuinya jika setiap harinya bila sepi masih mendapat Rp 70.000, sedangkan bila ramai bisa sapai Rp 150.000. Baginya yang tinggal bersama seorang cucunya, penghasilan itu cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan biaya listrik tiap bulannya.

Peristiwa menarik lainnya terjadi di penerima bantuan modal program Zmart Baznas Kabupaten Jombang dari Desa Selorejo, Kecamatan Mojowarno, Kusmiati. Dari nilai bantuan sebesar Rp 1 juta, dirinya tak berani membelanjakan habis. Masih disisakan sekitar Rp 400 ribu. Menurutnya takut kalau ada peninjauan seperti sekarang ini akan ditanyakan uang sisa belanjanya. Jadi, meskipun terkadang modalnya kurang. Selalu di coba mengakali dengan menggunakan keuntungan berjulan sayuran, lauk pauk, hingga kebutuhan harian lainnya.

“Setiap harinya saya masih bisa menyisihkan Rp 10.000. Biasanya kami gunakan untuk memberikan bingkisan atau hadiah kepada pelanggan jika lebaran tiba. Selain itu digunakan lagi untuk menyantuni yatim dan dhuafa di sekitar rumahnya,” terang Kusmiati.

Warung/toko milik Kusmiati.

Saya pun pernah merasakan hidup susah seperti mereka, ujar Kusmiati di ruang tamu rumahnya. Maka dari itu sebisa mungkin berusaha menyisihkan keuntungan dan menabung guna membantu sesama. Ia tak tega jika ada tetangganya kesusahan, oleh karena itu apabila ada yang berutang selalu diberi dan tidak mentarget kapan harus dibayar.

Kondisi yang sama juga dialami oleh Paini. Nenek satu cucu yang tinggal di Desa Karangan, Kecamatan Bareng ini mengaku sering kali di utang oleh tetangganya sendiri. Tetapi apa boleh buat, karena mereka pun juga merupakan pelanggan setianya. Jadi dibiarkan dan dicatat rapi dalam sebuah buku.

Paini berkisah, “Alhamdullilahnya masih dapat digunakan untuk perputaran modal berbelanja kembali. Walaupun masih ada yang berutang hingga berbulan-bulan belum dibayar. Itung-itung membantu sesama.”

Penuh kepolosan Paini mengaku masih tetap untung. Namun tak dapat menghitung pasti besaran per harinya berapa. Sebab banyak diantaranya yang laku adalah jajanan dengan keuntungan tidak seberapa sekitar Rp 500 per bijinya. Tetapi masih mampu digunakan berbelanja kembali manakala terlihat sepi (baca: kosong) warung/tokonya tersebut.

Pelaporan Masih Menjadi Ganjalan

Pelaporan keuangan yang harusnya dicatat dalam bentuk tabulasi dari Baznas Kabupaten Jombang guna mengkelompokan jenis barang yang laku dijual nyatanya masih menjadi batu sandungan bagi sebagian besar penerima bantuan Zmart Baznas Kabupaten Jombang. Seperti yang dialami oleh Deni Setiawan, salah seroang penerima dari Desa Sidowarek, Kecamatan Ngoro.

Deni Setiawan menjelaskan barang yang dijualnya.

Semenjak mendapat bantuan modal usaha dari Baznas Kabupaten Jombang, dikembangkan usahanya sesuai dengan kebutuhan warga di sekitar rumahnya. Macam menambah berjualan sosis dan bakso bakar, sekaligus dengan jajanan anak-anak lainnya. Hal itu karena kebetulan warung/tokonya berdekatan dengan Diniyah sehingga banyak anak-anak yang membeli di tempatnya.

Deni Setiawan mengatakan, “Semakin banyak barang yang bisa saya jual di warung/toko tetapi masih kesulitan mengkelompokannya dari jenis barang ritel, non ritel, maupun Payment Point Online bank atau PPOB. Ditambah istri baru sepekan melahirkan buah hati pertamanya. Semakin tidak sempat melakukan pencatatan.”

Namun setelah diperiksa jenis barang yang dijual serta dibantu mengkelompokannya membuat Deni Setiawan memahami. Ia pun berusaha dalam waktu dekat akan menyelesaikan seluruh pelaporannya. Sehingga diharapkan lebih jelas kembali keuntungan yang didapatkan setiap harinya.

Sementara itu Hamimudin yang toko/warungnya jadi satu dengan rumahnya di Desa Watugaluh, Kecamatan Diwek sangat memahami pasar pelanggannya. Rata-rata pembelinya adalah warga sekitar rumahnya yang didominasi bekerja sebagai petani, selain berjulan kebutuhan sehari-hari. Ia juga melengkapi dengan menjual bensin, solar, serta pakan ternak yang sebagian besar menjadi hobi pelanggannya.

Hamimudin bersama istri dijelaskan bentuk pengerjaan pelaporan keuangannya.

“Solar terutama banyak di cari petani karena digunakan untuk mengisi pompa disel di sawah. Kemudian saya juga membuka jasa pengisian aki. Kebetulan dekat dengan pondok pesantren jadi banyak diantara mobil pondok, wali santri, maupun warga di sini kehabisan aki. Sehingga harus di seterek (Jawa: Isi) agar bisa digunakan. Bahkan lebaran hari pertama padahal sudah tutup, masih di ketuk dan meminta bantuan mengisi aki,” ungkap Hamimudin.

Hanya saja memang pelaporan masih terkendala dalam pengerjaannya. Seyampang itu terbatas pada lembar tabulasi pelaporan keuangan, jadi jikalau setiap hari di catat tidak cukup dan sebagian diletakkan di buku tulis.

Sedangkan kejadian kurang mengenakan dialami oleh Arofatin Nikmah. Ibu dua orang anak ini sempat menjadi bahan pergunjingan ketika mendapat bantuan program Zmart Baznas Kabupaten Jombang.

Sempat mengalami ketakutan karena dibicarakan di depan khalayak oleh tokoh desa. Namun ia mencoba tegar dan tetap menjalankan jualan di warung/tokonya.

Arofatin Nikmah menyampaikan laporan keuangannya.

Arofatin Nikmah menandaskan, “Sekitar dua kali dalam pengajian rutin di singgung. Tetapi tidak dijadikan pikiran terlalu mendalam, hanya takut saja apakah saya salah memperoleh bantuan ini. Bersama suami saya tetap berkeyakinan terus melangkah saja.”

Sungguh pun demikian, tidak sampai mengurangi daya tarik pembeli di tempatnya. Warga masih berbelanja di tempatnya. Sedikit banyak masih mengantongi keuntungan dari warung/toko yang buka setiap pagi hingga siang, dilanjutkan sore sampai malam tersebut. DIVISI MEDIA

Bagikan ini

Leave a Comment