Ini adalah foto Aisyah Alusa, yang saya ambil dari Republika Online. Cantik namanya, secantik paras wajahnya. Gadis belia menginjak 10 tahun ini mungkin tak terbayang sebelumnya, jika kepedihan datang silih berganti dalam hidupnya.
Setelah ditinggal pergi sang ayah, yang sampai kini tak jelas keberadaannya. Awal 2021, Ibunya harus meregang nyawa, wafat karena covid: saat dimana dirinya belum usai jalani isolasi karena teridentifikasi positif, tertular dari ibunya.
Sekeluar perawatan dari Rumah Lawan Covid Serpong Tangsel, bukan sinar bahagia yg terpancar di raut mukanya. Yang ada justru sorot mata penuh tanya, gemetar kaki saat melangkah, isak tangis duka berkelindan, dengan kecamuk sesak hati. kala mengetahui kini ia dalam kondis, Yatim dan Piatu.
Tak ada lagi yang bisa dipanggil ayah dan ibu. Tak ada lagi yang bisa mengajarinya saat belajar. Tak ada lagi yang bisa diajak berbagi suka dan tawa bahagia. Tak ada lagi yang bisa mendekapnya kala duka menyapa.
Tak ada lagi yang biasa menemani makan dan jalan jalan. Tak ada lagi ibu yang biasa membelai lembut panjang rambutnya. Tak ada lagi tempat merajuk jika ingin sesuatu. Tak ada lagi senyum sayang yang menyapanya kala mentari pagi juga menyapa..
Aisyah tak hanya sendiri. Ada puluhan ribu anak yatim piatu baru akibat covid. Yang mungkin diantaranya adalah kerabat, saudara, atau tetangga kita. Ada Vino, kelas 3 SD, yang ditinggal wafat Ibunya dalam kondisi hamil 5 bulan. Esoknya, menyusul ayahnya, penuhi kehendak Allah, wafat juga karena covid.
Ada Ashar Al Ghifari. Ada tiga bersaudara, Fahresa Fadhil Girina (14th), Natla Shifa Nathana (12 th), Hilya Adzkiana Devi (4 th) yang harus ikhlas memperoleh status baru, yatim piatu.
Di Jombang? banyak. Seminggu yang lalu, berjarak 200 meteran dari rumah orang tua saya. Lahir bayi, terpaksa di operasi ceasar, prematur. Sehat sampai kini, meski masuk ruang inkubator. Ibu sang bayi, yang usianya belum genap 30 tahun, beberapa hari kemudian tak sanggup lawan ganasnya covid. Wafat! Sang Bayi terlahir ke dunia. Dan, Tak pernah rasakan dekap cinta, Tak pernah rasakan asi penuh kasih, Tak pernah rasakan hangat cium sayang, Ibunda.
Jujur, terisak saya menulis cerita ini. Tak terasa air mata pun mengalir perlahan. Ya, anak yatim piatu, sudah akrab dalam jalan hidup kami sekeluarga. Sejak kecil, teman bermain saya adalah anak anak yatim yg berada di Panti Asuhan NU Jagalan. Bahkan, saya meyakini ada cara efektif yang dilakukan Ayah saya, agar anak anaknya dekat dengan anak yatim.
Ketika sekolah SD, saya ditemani 4 anak yatim yg bersekolah bareng bersama saya. Namanya pun sampai sekarang saya masih ingat, yakni : Mustakim, Mujtahidin, Munasir, dan Fatkhurrohman.
Jika pagi, saya sekolah di SD bareng bersama mereka. Saat sore, saya sekolah Diniyah di Panti Asuhan dengan anak anak yatim lainnya. Salah satu gurunya adalah Ustadz Hayat Hasyim, yg juga assatidz di MQ Tebuireng, beberapa waktu lalu wafat karena covid (Al fatehah, semoga Allah Swt terima seluruh jariyah hidupnya dan ditempatkan dalam barisan para syuhada disisiNya).
Di lain waktu, sebelum menempati rumah yang sekarang. Saya pun pernah mengasuh anak yatim, selama 5 tahunan. Ada 20 anak yatim putri yang jadi tanggung jawab saya. Dan dalam proses inilah, saya begitu paham dan turut rasakan langsung: hidup, kehidupan, suka dan duka yg dirasakan saat tak lagi mempunyai orang tua. Moment haru akan terasa jika suara takbir pertanda hari raya idul fitri tiba. Seusai sholat Isya, biasanya dilanjutkan takbir berjamaah.
Dan… saat itulah Irama takbir makin syahdu dan menyayat hati, tangis lirih perlahan mulai terdengar dari beberapa anak. Ingatan kepada Ayah Ibu tergambar, Dan akhirnya, semuanya. Air matapun deras banjiri semua wajah anak anak, Lama…. syahdu… penuh haru.
Tak ada kata, tak ada kalimat lain Kecuali Takbir dan Tangis !
Dan yakinilah… ini takkan dialami anak anak yang di malam takbir Idul Fitri masih mempunyai Ayah atau Ibu. Justru yang ada mungkin… pekik takbir penuh semangat, tabuh bedug bertalu talu penuh tawa, dan suara pesta petasan dan kembang api sampai dini hari.
rupanya, Covid telah pudarkan banyak harapan anak anak untuk peroleh kasih sayang orang tua dan cita cita di masa depannya. Mereka yang sakit bisa sembuh, pulih seperti sedia kala. Mereka yang usahanya ambruk, yakin..bisa kembali bangkit, bahkan bisa jadi makin sukses. Mereka yang kehilangan pekerjaan, bisa alih profesi dan yakin akan mampu untuk hidup lebih baik.
Tapi… mereka yang kehilangan orang tua. Selamanya takkan mendapatkan orang tuanya lagi…sepanjang hidupnya. Dukanya sepanjang hidup, Lukanya sepanjang hidup. Lantas, masihkah kita berdiam diri? Sudah saatnya, latih kepekaan hati dan nurani kita. Ulurkan tangan kepada mereka. Beri bantuan apa yang bisa kita bantu.
Yakinlah… Sedikit bantuan kita akan mampu memberi secercah cahaya bagi masa depannya
Didin A. Sholahudin
Jika Kalian Tertarik Dalam Program Sedekah Akbar 10.000 Yatim Dhuafa Silakan Salurkan Dalam Rekening Berikut ini
BRI No. Rekening : 3651-01020500-53-9 an. Baznas Jombang
BNI No. Rekening : 7700005672 a.n Baznas Kabupaten Jombang
Muamalat No.Rek: 7030013380 a.n Baznas Kabupaten Jombang
Bank Jatim No. Rek: 0111013044 a.n Badan Amil Zakat (BAZ)
Selain Melalui transfer bank, BAZNAS JOMBANG Mempunyai Platform Gerbang pembayaran di app.baznasjombang.id