KABUH – Sebuah perilaku kebaikan jika disemai bersama-sama selain akan ringan dilaksanakan, juga akan memberikan dampak kebaikan yang jauh lebih meluas serta besar. Itulah yang terlihat ketika Baznas Kabupaten Jombang menyambut baik ajakan dari Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Jawa Timur Gerai Jombang guna membuat sumur bor yang digadang untuk kepenting Taman Pendidikan Alquran (TPQ) Al-Hidayah Desa Manduro, Kecamatan Kabuh.

Akhirnya pada Kamis (8/6) Baznas Kabupaten Jombang, BMH Jawa Timur Gerai Jombang, dan pengurus TPQ Al-Hidayah mendiskusikan rencana pengeboran tersebut di sekretariat TPQ Al-Hidayah. Manager BMH Jawa Timur Gerai Jombang, Aminur Rohim, S.Pd. menjelaskan tentang konsep pengeborannya tersebut. Selain sebelumnya telah mensurvei bersama tenaga ahli dan berpengalaman melakukan pengeboran di daerah yang terbilang tandus seperti di telatah Kecamatan Kabuh, juga sudah membuat gambaran Rancangan Anggaran Biaya (RAB) yang dibutuhkan.

Mendiskusikan rencana pengeboran sumber air di TPQ Al-Hidayah.

“Dari akumulasi jumlah RAB keseluruhan, setidaknya BMH Jawa Timur Gerai Jombang hanya mampu menyediakan setengahnya. Oleh karena itu, berharap sinergi ini dapat dibantu oleh Baznas Kabupaten Jombang,” terang Aminur Rohim dalam kesempatan diskusi siang itu.

Ketua Baznas Kabupaten Jombang, Didin A. Sholahudin pun menilai bahwa sebelumnya harus dilakukan pelbagai langkah terlebih dahulu. Dari Nyuwun Sewu (Jawa: Permisi) dan izin ke pemerintah daerah setempat dari Camat, Kepala Desa, bahkan hingga warga yang nantinya akan merasakan langsung manfaatnya. Sejalan dengan itu juga diperlukan studi lapangan langsung sehingga segenap masukan akan dipertimbangkan dan memungkinkan lagi penyebaran manfaatnya pun akan kian menyeluruh. Tidak hanya dirasakan oleh TPQ Al-Hidyah dan segenap santrinya, namun masyarakat secara umum di Desa Manduro yang kerap mengalami kekurangan air bersih pun dapat menuai juga.

Didin A. Sholahudin menjelaskan, “Bila dari konsep yang telah disuguhkan oleh BMH Jawa Timur Gerai Jombang tersebut ternyata ada pilihan lain yang lebih terjangkau kenapa tidak. Seperti mengambil air dari sumber yang sudah ada selama ini. Dengan demikian, polanya akan di ubah tidak semata pada pengeboran namun lebih cenderung menitik beratkan pada pemasangan alat pompa air sekaligus instalasi airnya hingga sampai ke rumah masyarakat.”

Meminta keterangan warga Desa Manduro tentang ketersediaan air bersih.

Senyampang itu dapat dipastikan akan memangkas biaya yang cukup besar sebelumnya, imbuh Didin A. Sholahudin. Hal itu dikarena biaya pengerjaan tidak seberat pada konsep awal, ditambah dengan ketersediaan sumber air sudah ada. Jadi tinggal pemenuhan cara mengalirkannya supaya lebih mudah sampai ke tangan masyarakat. Jadi tak sampai harus memikulnya lagi ketika mengambil dari sumber air sampai tiba di rumah.

Koordinator Pelaksana Pengeboran Sumur, Baznas Kabupaten Jombang, Muhammad Malik Ibrahim mengatakan, jarak dari sumber air yang selama ini digunakan masyarakat guna memenuhi kebutuhan sehari-hari dari pusat pemukiman sekitar lebih kurang 200 meter. Memang cukup melimpah air yang tersedia disana, tetapi sayangnya belum terjangkau oleh aliran listrik. Sehingga jikalau akan dibangun mesin pompa perlu dipikirkan juga instalasi kelistrikanya. Setidaknya dibutuhkan koordinasi kembali dengan PLN Kabupaten Jombang untuk menemukan jalan keluarnya.

Siti Aminah bersama Wakil Ketua III Baznas Kabupaten Jombang, Siti Maslaha setelah meninjau sumber air.

Sementara Pengelola TPQ Al-Hidyah, Siti Alimah pun mengungkapkan rasa bahagianya. Ia bersama sejumlah santri maupun masyarakat sekitar tak lagi harus bertayamum ketika hendak bersuci guna melangsungkan sejumlah kegiatan keagamaan. Selain itu tak perlu lagi harus berpuasa mandi lantaran air dari jaringan PDAM Kabupaten Jombang kerap tak keluar hingga berminggu-minggu.

Diakhir Didin A. Sholahudin memungkasi pada prinsipnya Baznas Kabupaten Jombang sangat terbuka terhadap ajakan aksi kebaikan oleh siapa pun. Maka dari itu kedepan sudah digagas pembicaraan lebih lanjut bersama dengan pemerintah daerah setempat juga masyarakat sehingga dapat dimusyawarahkan dan diambil simpulan solusi atas permasalahan yang selama ini dirasakan sebagai masyarakat di desa yang lekat berkomunikasi dengan bahasa pertamanya menggunakan Bahasa Madura tersebut. DIVISI MEDIA

Bagikan ini

Leave a Comment