Namaku Safa Azzahra. Aku dilahirkan sembilan tahun lalu oleh ibu yang luar biasa hebat. Namanya, Ibu Murami. Sedangkan bapakku yang juga tak kalah hebatnya, namanya bapak Subandi. Aku adalah anak terakhir dari dua bersaudara. Sejak dulu, ibu, kakak perempuanku dan bapak tinggal bersama di rumah nenek yang berada di Desa Godong, Kecamatan Gudo. Namun, saat menjelang kelahiranku, bapak membangun rumah kecil di pekarangan belakang rumah bude yang berada di desa Watugaluh. Kemudian kami bertiga diboyong ke sana.
Pekerjaan bapak dan ibuku sebagai penjual es legen membuat aku dan kakakku terbiasa hidup sederhana sejak kecil. Setiap hari bapak dan ibuku selalu kompak untuk berjuang bersama. Mereka berjualan es legen secara bergantian, katanya. Iya, “Katanya”. Karena waktu itu aku masih balita, bahkan aku belum bisa berjalan dan belum mengerti apapun. Tapi bapakku sudah harus meninggalkan aku, kakak dan ibuku untuk selamanya. Saat itu bapak sakit komplikasi dan tak dapat berobat karena keterbatasan biaya.
Jadi, aku tau bagaimana kekompakan mereka berdua dalam berjuang bersama, hanya melalui cerita dari ibu, kakak, mbah putri, bude dan keluargaku lainnya. Mereka juga mengatakan bahwa bapakku adalah sosok yang tangguh, gigih, tanggungjawab dan penuh kasih sayang.
“Bapak, aku rindu. Aku ingin meraba wajah gagahmu, meski hanya dari dalam mimpiku.”
Setelah bapak meninggalkan kami semua, ibu memutuskan untuk kembali ke rumah mbah yang berada di desa Godong. Ibu kembali jualan es legen, meski tanpa bapak. Saat itu dagangan ibu begitu larisnya, beberapa pelanggan rela berjejer mengantre demi mendapatkan es legen buatan ibu. Alhamdulillah, sedikit demi sedikit kebutuhan sehari-hari kami terpenuhi.
Namun sayang, itu hanya berlangsung beberapa bulan saja. Sejak beberapa teror menghampiri warung es legen ibu. Mulai dari lemparan batu hingga (mohon maaf) pembalut kotor yang tetiba melayang di warung ibu. Karena ibu tulang punggung kami, ibu harus tetap bekerja. Alhamdulillah, ibu mulai beralih usaha baru, yakni berjualan gado-gado.
Hingga suatu hari, saat aku masih usia 2 tahun. Aku dan ibu dibonceng dengan sepeda motor oleh kakakku untuk sebuah keperluan. Kami menyusuri jalan dan tiba-tiba sepeda yang kami kendarai mengalami kecelakaan. Tulang kakiku patah, sedangkan kakakku tangannya yang patah. Sedangkan ibu, tubuhnya tak ada luka yang terlalu berarti. Namun, saat orang-orang menolong ibu, ibu sudah tidak ingin bangun lagi. Ibu pergi, untuk selamanya menyusul bapak yang sudah tenang di sana.
Saat itu pula, hatiku hancur. Berulangkali mencari ibu, tapi semua orang mengatakan ibu sudah pergi. Dan sejak saat itu, bude memboyong aku dan kakakku tinggal bersama di rumahnya yang berada di Watugaluh. Dengan kasih sayang yang luar biasa, bude dan keluarganya merawatku hingga aku sekarang sudah duduk di kelas 3 SD Negeri Watugaluh.
Meskipun aku masih merindukan ibu dan bapak, tapi aku sekarang sudah bahagia kembali bersama keluarga bude. Ditambah lagi setahun lalu kakakku menikah dan sudah dikaruniai seorang bayi mungil yang lucu. Hal itu membuatku tak pernah berhenti bersyukur kepada Allah.
Dan sekarang, aku akan semakin rajin untuk terus belajar. Karena cita-citaku sebagai dokter harus terwujud. Biar tidak ada lagi orang yang bernasib sama seperti bapak yang kesulitan untuk berobat karena keterbatasan biaya. Namun, kata bude, untuk menjadi orang sukses juga harus pinter ngaji. Jadi, alhamdulillah, aku sekarang sudah jilid 6 dan akan naik ke Juz Amma. Doain ya, biar cita-citaku terwujud. Aamiin.
————
Di atas adalah cerita kehidupan yang dialami oleh SAFA AZZAHRA, salah satu penerima manfaat pada program Sedekah Akbar Yatim Dhuafa yang akan diselenggarakan serentak di seluruh kecamatan di Kabupaten Jombang pada tanggal 10 Muharram 1443 H yang bertepatan pada tanggal 19 Agustus 2021.
Oleh: Yuli Masindah
Kepada #Orangbaik yang Ingin membantu dan mewujudkan cita-cita dan mengawal masa depan Anak Yatim/piatu dhuafa, bisa menyisihkan sebagian rezekinya untuk Sedekah. Bapak Ibu Juga bisa Turut mensukseskan program Sedekah Akbar 2021 dan berdonasi melalui pembayaran online di tombol dibawah ini

“Dan Kadang Kita Memberi Bukan Karena Kita Kaya, Tapi karena kita tahu bagaimana rasanya ketika tak punya apa-apa.”

Harta yang banyak semuanya akan musnah. Paras yang cantik akhirnya menjadi tanah. Tapi Amal yang baik Insyallah akan mengantarkan ke Jannah