PLANDAAN – Membicarakan Jombang tidak bisa melewatkan ketiga dusun yang terbilang berada di daerah pedalam. Selain jaraknya yang cukup jauh dari pusat kota, medan berat harus ditahlukan ketika menuju kesana. Daerah tersebut adalah Dusun Nampu dan Rapahombo yang berada di Desa Klitih. Sedangkan satunya yakni Dusun Kedung Dendeng, Desa Jipurapah.
Sangking jauh dan mendalamnya lokasinya, tak banyak masyarakat yang tinggal di sana. Tercatat dari data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dispendukpil) Kabupaten Jombang hanya ada kurang lebih 45 Kepala Keluarga (KK) hingga 13 KK saja. Sementara untuk lembagi pendidikan cuma terdapat satu SD Negeri saja.
Begitu juga dengan layanan kesehatan. Seolah jadi barang langka. Hingga tahun 2020, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jombang hanya mampu menyediakan satu tenaga bidan di Desa Klitih. Bidan tersebut melayani warga di tujuh dusun. Empat diantaranya masuk kategori terpencil. Tidak ada sinyal seluler, akses jalan berbatu serta terhalang sungai tanpa jembatan. Yakni, Dusun Papringan, Dusun Nampu, Dusun Rapahombo, Dusun Cepit, dan Dusun Tambak.
Layanan seluler Telkomsel di Desa Klitih baru masuk tahun 2018. Itu pun baru mampu menjangkau empat dusun di pusat desa. Yakni, Dusun Pojok, Dusun Tanggungan, Dusun Tondo Wesi dan Dusun Jabon. ’’Bu Bidan karena keterbatasan biaya & kendaraan akibat kendala alam tidak bisa ajeg ke dusun kami. Belum tentu setahun bisa dua kali,’’ ungkap Warga Dusun Nampu Desa Klitih. Sutin.

Mobil Siaga Desa (MSD) dari Pemkab Jombang mulai beroperasi tahun 2018. Namun, tetap saja belum mampu melayani warga di dusun terpencil di Nampu, Rapahomo & Cepit. Hampir berbarengan, ambulance Puskesmas Plandaan bermesin penggerak ganda 4×4 juga beroperasi tahun 2018. Namun, kendala bentang alam menghambat pelayanan. Jalan makadam & sungai tanpa jembatan menjadi problem. Belum lagi minimnya biaya operasionalnya.
’’Hampir tiap tahun, ibu hamil yang hendak melahirkan terpaksa digotong ramai-ramai warga menuju bidan desa. Menyeberang sungai tanpa jembatan & berjarak sekira 5 km,’’ papar Sutini.
Sutini menuturkan, pada Januari 2020, ada satu ibu hamil di Dusun Nampu. Perempuan bernama Amik Wijayanti berusia 35 tahun itu hamil enam bulan. Pada kehamilan bulan pertama dan kedua, masih dapat mengakses layanan kesehatan di bidan desa. Dengan cara naik motor. Pada bulan ketiga dan keempat, pemeriksaan kesehatan dilakukan ke bidan desa tetangga. Berada di Desa Sumbersono Kec. Lengkong Kab. Nganjuk. Lokasi Dusun Nampu memang berbatasan dengan Dusun Kedungbanteng, Desa Pule Kecamatan Jatikalen, Kabupaten Nganjuk.
’’Fenomena ibu hamil digotong dengan kursi oleh empat warga sudah sering dilakukan,’’ tandas Sutini, istri kepala Dusun Nampu, Abdul Wahib.
Paling parah adalah warga yang berada di Dusun Rapahombo. Kampung terjauh dari pusat Desa Klitih. Berjarak sekira 9km. Baru pada tahun 2018, problem akses kesehatan terbantu dengan kendaraan ambulance dari OPSHID (Organisasi Pemuda Shidiqiyah). Layanan jips Wrangler Rubicon itu dapat diakses warga dengan gratis. Antar atau pun jemput warga yang sakit berat dan meninggal dunia.
’’Pelayanan kesehatan dapat kami bantu di klinik As Syifa Ploso atau ke RS Al Azis Tembelang atau kadang kala hingga ke RSUD Jombang,’’ tutur Dedik Wahyudi, pengurus OPSHID Jombang.
Sekretaris Desa Klitih, Komarudin mengakui problem kesehatan serta akses jalan di desanya. Berulang kali telah mengusulkan perbaikan sarana jalan, jembatan & akses kesehatan ke pemkab Jombang. Namun, realisasi selalu jauh dari harapan.

“Tahun 2018 pihaknya sempat ditawari pembangunan jembatan gantung di Dusun Nampu. Jembatan tersebut menghubungkan warga Dusun Nampu dengan Dusun Kedungbanteng Desa Pule, Kecamatan Jatikalen, Kabupaten Nganjuk. Namun warga menolak. Selain itu desa kami juga menghadapi problem kekeringan,’’ kata Komarudin.
Jembatan dengan dimensi panjang sekitar 30 meter dan lebar sekitar 5 meter tersebut, pada akhir 2019 akhirnya dibangun oleh donatur bekerjasama dengan RS, Lembaga Amil Zakat (LAZ) Jombang. Pebruari mendatang, jembatan tersebut direncanakan rampung dan diusulkan diresmikan Bupati Jombang, Mundjidah Wahab.
’’Saya hampir tiap hari bersujud di sepertiga penghujung malam. Memohon kepada Gusti. Alhamdulillah akhirnya jembatan Nampu terwujud,’’ ujar Siti Roaini, kepala Desa Klitih.
Berdasar data Indeks Desa Membangun (IDM) yang diterbitkan Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPMD) pada 2019, ada delapan desa di Jombang yang masuk kategori terpencil. Desa Klitih adalah salah satunya dan di posisi paling parah. Penilaian itu didasarkan pada indeks ketahanan sosial, ekonomi serta lingkungan. Tujuh desa lain yang masuk kategori tertinggal adalah Desa Galengdowo, Desa Carangwulung sekaligus Desa Wonokerto di Kecamatan Wonosalam, Desa Sidokaton dan Desa Made di Kecamatan Kudu serta Desa Cupak serya Kromong di Kecamatan Ngusikan.
Data Dinas Kesehatan Jombang mengonfirmasi hal tersebut. Empat kecamatan di wilayah utara Jombang masuk kategori menyandang masalah sosial terbanyak. Yakni, Kecamatan Kudu, Plandaan, Kabuh serta Ngusikan. Hanya Kecamatan Ploso yang tidak termasuk dalam wilayah “merah” tersebut. Jalaluddin Hambali
Dusun Nampu Desa Klitih | Dusun Rapahombo Desa Klitih | Dusun Kedungdendeng Desa Jipurapah | |
Jumlah KK | 45 | 74 | 134 |
Sekolah | SDN Klitih 3 | SDN Klitih 2 | SDN Jipurapah 2 |
Siswa | 16 | 9 | 32 |
Guru | 3 ASN & 5 GTT | 5 ASN & 6 GTT | 3 GTT & 3 ASN |
PTT | 1 | 1 | 1 |
Akses Jalan | Desember 2019 dibangun jembatan akses ke Desa Pule Kec. Jatikalen Nganjuk | Makadam berbatu & 1 sungai tanpa jembatan | Makadam berbatu & 3 sungai tanpa jembatan |
Fasilitas Kesehatan | 0 (bidan desa di pusat desa) | 0 (bidan desa di pusat desa) | 0 (bidan desa di pusat desa) |
Tempat Ibadah | 1 masjid | 1 masjid & 1 musola | 1 masjid |